Opini  

Udin dan Kisah Teman Sabi’inya

Nazwar, S. Fil. I., M. Phil. (Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera)

Usia Udin terhitung matang, menjelang pertengahan bulan ini, tepatnya 17 Juni si Udin berusia 35. Meski bukan tentang usia, namun kisah pertemanannya dengan seorang Sabi’i yang tidak kalah dewasa seusia umur mereka yang memang sama atau relatif berdekatan.

Sabi’i atau penyembah api, dalam literatur Filsafat dikenal dengan kisah Zarathustra atau dalam tradisi atau agama di belahan Asia ada paham Zoroaster, intinya suatu sistem kepercayaan terhadap kekuatan api.

Sebelum membahas siapa temannya saya dan apa itu Sabi’i, saya hendak menyampaikan sedikit tentang pandangan saya terhadap kepercayaan tersebut. Sebab istilah kepercayaan nampaknya lebih tepat dan bukan agama, saya memandang bahwa penganut kepercayaan disebut Sabi’i tersebut adalah mereka yang meyakini Tuhan, dalam tradisi tertentu kemudian menjadikan api yang secara sungguh disaksikan bukan Tuhan, sebagai sesembahan/Tuhan.

“Tuhan mereka bukan Tuhan mereka.” Mereka melakukan ibadah terhadap Tuhan mereka yang mereka tuhankan yang sebenarnya mereka menyadari bukan tuhan yang sesungguhnya. Mereka menyadari api sebagai esensi api, eksistensi berikut fungsinya.

Jika merujuk literatur sebagai referensi, Yayasan Penyelenggara Penterjemah al-Qur’an DEPAG RI tahun 1992 mengartikan Sabi’i (satu orang) atau “Shabi’in” ialah orang-orang yang mengikut syariat Nabi-nabi zaman dahulu atau orang-orang yang menyembah bintang atau yang menyembah dewa-dewa; cukup berbeda.

Baca Juga :  Mitos Atau Fakta Robohnya Punden Manukan Wetan, Ludruk Tulen Diganti Ludruk Milenial

Terhadap Sabi’i ini satu hal lagi saya hendak kemukakan pandangan lagi bahwa mereka sebenarnya sebenarnya beragam pula memandang pertahanan terhadap api tersebut. Sebagaimana terhadap agama-agama yang terdapat banyak ragam pandangan di dalamnya, terhadap konsep ketuhanan mereka juga berbeda; ada yang memaknai api hanya sebagai perantara dalam ibadah atau penyembahan terhadap Tuhan yang sesungguhnya.

Kembali kepada kisah perjalanan persahabatannya saya dengan seorang Sabi’i, yang pada suatu ketika ke klenteng atau tempat ibadah mereka. Sama juga agama-agama lainnya, memasuki tempat ibadah tersebut perlu ada tata cara. Sesampainya di dalam klenteng, ada adab-adab yang perlu dijaga dan cara tertentu dalam pemujaan. Oleh karena sebab itu lah, saya yang mengimani satu Tuhan, menjadi dilema.

Untungnya segera tertepis dengan lantunan ayat al-Qur’an yang seringkali terbaca artinya mengingatkanku. Ayat tersebut menyatakan secara singkat tentang balasan kepada kaum selain Islam di antaranya secara tegas disebut Sabi’i akan balasan kebaikan terhadap perbuatan baik mereka. Klenteng yang terdapat di tengah-tengah komunitas penyembah satu Tuhan mengesakannya tersebut yang saya adalah salah satunya sedang berada di dalamnya, otomatis mengikuti tata cara yang ditentukan.

Baca Juga :  Dunia Maya di Bondowoso, Sedang Dilanda "Penyakit Hati" Sampah Informasi 

Sedikit ungkapan tentang perasaan saya, saya mengalami dilema adalah pada integritas keimanan saya, bukan condong pada usaha penghormatan sebagai umat beda agama, apalagi menerapkan pesan moderasi agama ala pemerintah negara Indonesia.

Begini, saya mengesakan Tuhan dan membenarkan ajarannya termasuk pesan dalam kitab sucinya sebagaimana secara khusus tersebut di atas, melaksanakan tata cara ibadah dengan “menjadi” Sabi’i pada saat di Klenteng itu dengan mengharap kebaikan Tuhan tentunya sebagai sumber sekaligus puncak kebaikan. Saya tidak melakukan Shalat atau berdo’a dengan do’a dan lafaz sebagaimana diajarkan dalam agama saya di sana, sebab itu yang melakukan campur-aduk agama yang sesungguhnya. Selanjutnya, perlukah saya konfirmasi kepada siapa?!

Demikian kisah perjalanan dengan teman Sabi’i yang sangat saya sayangi sejak lama. Meski jarang-jarang, perjalanan spiritual di sana sungguh tulus namun khusyu’ meski bagi sebagian orang tidak jelas.

Penulis: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil.Editor: Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *