Bentuk Prihatin Nasib Bangsa Dalam Demokrasi, Aktivis Mahasiswa 1998 Gelar Orasi dan Do’a Bersama

Surabaya, Obor Rakyat - Sejumlah aktivis mahasiswa eksponen 1998 dan warga menyampaikan doa keprihatinan terhadap nasib dan kondisi bangsa Indonesia saat ini. Hal itu dikumandangkan tepatnya depan makam Bung Tomo, Kamis (22/2/2024) malam lalu.
Sejumlah aktivis mahasiswa eksponen 1998 bersama warga saat deklarasi tolak pemilu curang.

Wawan: Tolak Pemilu Curang

Surabaya, Obor Rakyat – Sejumlah aktivis mahasiswa eksponen 1998 dan warga menyampaikan doa keprihatinan terhadap nasib dan kondisi bangsa Indonesia saat ini. Hal itu dikumandangkan tepatnya depan makam Bung Tomo, Kamis (22/2/2024) malam lalu.

Sekitar 100 orang yang hadir dalam giat tersebut, dalam pembahasan diskusi tentang moral etika korupsi nepotisme dan aib demokrasi yang melanda.

Tak hanya diskusi, orasi pun terpantau Obor Rakyat dalam tema “Curhat Keprihatinan nasib bangsa” dilanjutkan deklarasi tolak pemilu curang.

Wawan atau yang akrab disapa Leak dan Syaiful Pesink selaku Eksponen reformasi 1998 mengatakan, keprihatinan akan rusaknya Demokrasi saat ini.

Baca juga: Peringati HPN 2024, PT Mitra Tani Dua Tujuh bersama Jurnalis di Jember, Gelar Baksos Bagikan Bibit Pohon Aren ke Petani

“Pernyataan yang dideklaraskan adalah tolak pemilu curang, dukung hak angket DPR, rekonstruksi penyelenggara pemilu dan selamatkan Indonesia dari perusak demokrasi,” tegasnya.

Baca Juga :  Kapolrestabes Surabaya Menjabat Wakapolda Jatim, Gantikan Brigjen Pol Akhmad Yusep Gunawan 

Sementara Akbar selaku Koordinator lapangan (Korlap) giat itu juga menegaskan, berkaitan dengan era digital ini, dalam beberapa momentum politik belakangan, diskursus dengan politik di ruang media sosial (medsos).

Menurutnya, banyak didominasi oleh narasi-narasi yang sensitif, seperti politik identitas dan semacamnya.

“Sehingga kita semacam menyaksikan ironi bangunan tubuh demokrasi yang sedang mengalami kekacauan. Di mana dalam demokrasi yang menjunjung tinggi rasionalitas (otak), kini dipenuhi dengan berbagai caci dan makian yang akut,” urai Akbar.

Lebih lanjut Akbar mengatakan, bahwa hal itu menjadi fenomena hendaknya direfleksikan sebagai gejala kemunduran demokrasi.

Praktis, demokrasi akan terancam bila tidak ada agenda mengatasi kesenjangan dalam pemanfaatan teknologi dengan kapasitas rasionalitas yang mumpuni.

Baca Juga :  Sah! Ini Nomor Urut Kedua Pasangan Calon Pilbup Bondowoso 2024 

“Yang paling menakutkan adalah pendekatan rasionalitas akan tergantikan dengan pendekatan emosional dalam menyikapi satu informasi,” pungkasnya. (nul)

Baca juga: Usut Kasus Gratifikasi dan TPPU Puput Tantrina, KPK Jadwalkan Pemeriksaan Ketua PCNU Kraksaan serta Probolinggo 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *