Ritual Adu Cambuk, Warnai Selamatan Desa Leprak Bondowoso 

Bondowoso, Obor Rakyat – Selamatan Desa atau sering disebut Kadisah merupakan budaya yang berkembang di daerah Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Ada banyak ragam tata cara dan warna yang berbeda dalam pelaksanaanya. 
Ilustrasi pagelaran Ojung.

Bondowoso, Obor Rakyat – Selamatan Desa atau sering disebut Kadisah merupakan budaya yang berkembang di daerah Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Ada banyak ragam tata cara dan warna yang berbeda dalam pelaksanaanya.

Begitu juga dengan Desa Leprak, Kecamatan Klabang, Kabupaten Bondowoso yang dilaksanakan selama dua hari, mulai hari Jumat 21 hingga Sabtu 22 Februari 2025, dengan menampilkan pagelaran seni dan budaya.

Kegiatan rutin tersebut selalu disambut antusias warga setempat yang nampak berbaur bersama mengikuti rangkaian acara yang telah disiapkan oleh Pejabat (Pj) Kepala Desa.

Sebagai puncak acara, Jumat 21 Februari, terdapat kegiatan haul ruwat (arokat) desa dengan pembacaan Khotmil Qur’an, Sholawat Nariyah dan Doa bersama tokoh agama, masyarakat, RT, RW, KKM At Taqwa, dan Pemdes, yang berlangsung di pendopo kantor Desa Leprak.

Baca juga: Lestarikan Kearifan Lokal, Kadisah Desa Mrawan Bondowoso, Gelar Doa dan Sholawat Bersama

Pada hari Sabtu 22 Februari, kegiatan ritual adu cambuk (Ojung) yang dilaksanakan di lapangan Desa Leprak.

Pj Kepala Desa (Kades) Leprak, Haryanto mengungkapkan, bahwa adanya arokat merupakan ungkapan rasa syukur masyarakat kepada Allah atas segala kemurahan rezeki yang didapat selama ini.

Baca Juga :  Anak di Bawah Umur Bobol Toko Pertanian di Wongsorejo, Polisi Berhasil Amankan Pelaku dalam Hitungan Jam
puncak acara arokat desa pembacaan Khotmil Qur’an dan Sholawat Nariyah, serta Doa bersama.

“Warga kami adalah rata-rata petani dan gunungan, itu adalah hasil pertanian, ini adalah melambangkan kemakmuran. Semoga ke depan Desa Leprak makin makmur, subur, aman dan dijauhkan dari segala musibah,” ungkap Haryanto, Sabtu (22/2/2025).

Untuk Masyarakat Desa Leprak, sebut Haryanto, Ojung menjadi salah satu ritual setiap setiap melaksanakan selamatan desanya.

Konon, ritual Ojung itu menjadi ‘kewajiban’ selamatan desa atas petuah para pembabat desa setempat. Sehingga menjadi tradisi turun menurun yang hingga kini masih dipertahankan.

“Kalau daerah lain Ojung biasanya menjadi ritual meminta hujan, kalau di Desa Leprak tidak sekedar itu, tapi sudah kewajiban ritual setiap selamatan desa,” tandasnya.

Untuk diketahui, setiap pagelaran Ojung itu cukup menarik perhatian. Ribuan warga dari berbagai desa di Bondowoso biasanya tumplek blek di lokasi acara dengan rela berdesakan untuk menyaksikan kebolehan setiap petarung yang berlaga di atas ‘ring’, layaknya pertarungan tinju.

Sebelum bertanding, wasit selalu membacakan peraturan kepada setiap petarung. Hanya bedanya pertarungan Ojung dilakukan tanpa ronde. Para petarung juga diwajibkan mengenakan sarung dan berpeci. Setiap petarung hanya diberi kesempatan tiga kali memukul cambuk rotan di tangannya ke badan lawan.

Baca Juga :  Terima Aduan Masyarakat, Resmob Polres Situbondo Gerebek Pupuk Cair Ilegal di Desa Panji Kidul

Setiap selesai mencambuk, wasit dan juri akan menandai bekas cambukan di badan lawan dengan coretan spidol. Tak jarang para petarung menari kegirangan saat cambukan nya masuk ke badan lawan. Meski meninggal luka memar akibat pukulan cambuk, para petarung mengaku senang bisa tampil di event tersebut. (red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *