Ranny Fahd A Rafiq: Stunting Adalah Pembajakan Masa Depan Bangsa, Bukan Sekadar Masalah Gizi

Jakarta, Obor Rakyat – Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar, Ranny Fahd A Rafiq, menyebut stunting sebagai tragedi senyap yang perlahan membajak masa depan generasi Indonesia.
Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar, Ranny Fahd A Rafiq (Fot Ist).

Jakarta, Obor Rakyat – Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar, Ranny Fahd A Rafiq, menyebut stunting sebagai tragedi senyap yang perlahan membajak masa depan generasi Indonesia.

Dalam pernyataan publiknya, Sabtu (21/6/2025), Ranny menegaskan, bahwa stunting bukan hanya isu pertumbuhan yang terhambat, melainkan bentuk nyata dari pengkhianatan terhadap potensi bangsa.

“Stunting adalah pembajakan masa depan, perampasan potensi, dan pengkhianatan terhadap warisan generasi,” jelas Ranny, yang juga menjabat sebagai Anggota Badan Anggaran DPR RI.

Ia pun menggambarkan stunting sebagai “penyerang senyap” yang meruntuhkan fondasi generasi masa depan, menyasar balita yang seharusnya tumbuh menjadi generasi emas. Ranny menyebut, akar persoalan stunting sangat kompleks, mulai dari kemiskinan struktural, kurangnya edukasi gizi, sanitasi buruk, hingga ketimpangan akses terhadap layanan kesehatan.

“Anak-anak bukan korban biasa. Mereka adalah pewaris sah kejayaan masa depan, yang kini menjadi tumbal dari kelalaian kolektif,” tegas istri dari Fahd A Rafiq itu.

Ranny juga menarik benang merah dari sejarah panjang stunting yang telah ada sejak masa kelaparan besar dan wabah penyakit di era lampau.

Baca Juga :  54 Tahun Wafatnya Ir. Soekarno: Dalam Sunyi, Sang Proklamator Pergi Tanpa Pekik "Merdeka" Lagi

“Stunting selalu muncul ketika peradaban abai terhadap kebutuhan dasar rakyatnya,” katanya.

Ironisnya, di era digital dan kemajuan teknologi saat ini, stunting masih menjadi momok menakutkan di banyak wilayah Indonesia. Mulai dari desa terpencil hingga kawasan kumuh perkotaan, bahkan di keluarga yang secara ekonomi tergolong mampu namun abai terhadap pola asuh dan gizi seimbang.

Ranny menekankan, bahwa melawan stunting bukanlah perang fisik, melainkan revolusi berbasis pengetahuan dan kepedulian. Ia mendorong intervensi sejak awal melalui edukasi pranikah, pemenuhan gizi ibu hamil, ASI eksklusif, MPASI kaya nutrisi, perbaikan sanitasi, hingga imunisasi lengkap.

“Gizi adalah investasi masa depan,” ujarnya. Ia menyerukan peran aktif pemerintah sebagai nahkoda yang menggerakkan seluruh elemen masyarakat—dari kader posyandu hingga akademisi, dari pengusaha hingga seniman—untuk bergotong-royong menuntaskan stunting.

Mengulas data terbaru, Ranny menyampaikan bahwa prevalensi stunting di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 telah turun menjadi 18,5%, dari sebelumnya 21,6% pada 2022. Ia menyebut capaian ini patut diapresiasi, namun target pemerintah mencapai 14% pada 2024 masih memerlukan kerja keras.

“Angka 18,5% adalah kemajuan, namun belum memenuhi ambang batas WHO di bawah 20% agar stunting tidak lagi dianggap masalah kesehatan masyarakat global,” papar Ranny.

Ia juga menggarisbawahi bahwa masih terdapat disparitas tinggi antar daerah, dengan kantong-kantong stunting yang membutuhkan intervensi khusus dan terarah.

Ranny menutup dengan seruan moral kepada seluruh pemangku kepentingan.

“Ini adalah panggilan sejarah. Kita harus memastikan tak ada lagi anak Indonesia yang bertarung sendirian melawan pembajakan masa depan mereka,” tandasnya. (*)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *