Putra Daerah Situbondo, HRM. Khalilur R Abdullah Sahlawiy Fokus Garap Tambang Dolomit Ratusan Juta Ton di Gresik dan Lamongan

Gresik, Obor Rakyat – Pengusaha tambang dan eksportir benih bening lobster (BBL), HRM. Khalilur R Abdullah Sahlawiy atau yang akrab disapa Jhi Lilur, mengumumkan akan memfokuskan diri pada pengelolaan potensi tambang dolomit miliknya yang tersebar di Kabupaten Gresik dan Lamongan, Jawa Timur.
HRM. Khalilur R Abdullah Sahlawiy Foku saat melakukan survei langsung ke tiga konsesi tambang dolomit miliknya.

Gresik, Obor Rakyat – Pengusaha tambang dan eksportir benih bening lobster (BBL), HRM. Khalilur R Abdullah Sahlawiy atau yang akrab disapa Jhi Lilur, mengumumkan akan memfokuskan diri pada pengelolaan potensi tambang dolomit miliknya yang tersebar di Kabupaten Gresik dan Lamongan, Jawa Timur.

Hal ini disampaikannya saat ditemui awak media di Sheraton Surabaya, Selasa pagi (26/8/2025).

“Saya baru saja menyelesaikan urusan ekspor benih bening lobster ke Vietnam. Kini, saya akan fokus penuh pada pengelolaan tambang dolomit saya,” ujar Jhi Lilur.

Dalam kunjungannya ke Kecamatan Panceng, Gresik, Jhi Lilur melakukan dua agenda penting:

  • Survei langsung ke tiga konsesi tambang dolomit miliknya.
  • Survei tiga lokasi potensial untuk pembangunan pabrik dolomit skala besar.
Baca Juga :  Prabowo Stop Ekspor Benih Lobster ke Vietnam, Aturan Baru Akan Diatur Lewat Perpres

Dari hasil survei tersebut, ia mengungkapkan bahwa potensi kandungan dolomit yang ada sangat luar biasa.

“Kedalaman dolomit di lokasi saya bisa mencapai 50 meter, dan potensinya mencapai ratusan juta ton,” tegasnya.

Ia pun membandingkan potensi ini dengan tambang batu bara di Kalimantan Selatan milik rekan-rekannya, yang kini menjadi konglomerat.

“Padahal margin batu bara hanya sekitar Rp50 ribu – Rp100 ribu per ton. Sementara dolomit bisa memberi margin hingga Rp350 ribu per ton,” jelasnya.

Menurutnya, jika pabrik dolomit dengan kapasitas produksi 1 juta ton per bulan dapat didirikan, maka potensi omzetnya bisa mencapai Rp600 miliar per bulan.

“Margin dolomit jauh lebih dahsyat dari batu bara. Saya serius membangun pabrik dengan kapasitas besar,” tambahnya.

Ia mengungkapkan bahwa saat ini dirinya memiliki:

  • 17 blok tambang dolomit di Gresik, sebagian sudah memiliki IUP Operasi Produksi (OP) dan sebagian sedang dalam proses pengurusan.
  • Kepemilikan tambang dolomit terbanyak di Kabupaten Lamongan.

Dalam pernyataannya, Jhi Lilur juga mengkritik keras keberadaan pabrik dolomit ilegal di Panceng, Gresik.

“Saat ini ada 12 pabrik dolomit yang beroperasi tanpa tambang resmi, dan mereka disuplai dari tambang ilegal. Mereka sudah berdiri bertahun-tahun bahkan puluhan tahun. Ini pelanggaran serius,” kecamnya.

Ia menyoroti bahwa dolomit ilegal tersebut disuplai untuk kebutuhan penting seperti:

  • Program Kementerian Pertanian.
  • Jutaan hektare sawah dan kebun sawit nasional.

“Kalau Republik Indonesia ingin pasokan dolomit legal dan terpercaya, hubungi saya. Bukan para pemain tambang ilegal atau tokoh yang mendukung korupsi,” tegasnya.

Jhi Lilur menegaskan bahwa dolomit kini menjadi komoditas penting untuk sektor pertanian dan perkebunan. Sayangnya, pengelolaan suplai dolomit nasional dinilai masih lemah dan rawan praktik ilegal.

“Mayoritas suplai dolomit nasional berasal dari Gresik dan Lamongan. Tapi distribusinya belum tertata rapi, bahkan didominasi oleh tambang ilegal,” ujarnya.

Sebagai pemilik sah sejumlah IUP dan WIUP, Jhi Lilur menyatakan siap mendukung pemerintah dalam menata ulang industri dolomit agar lebih legal, transparan, dan menguntungkan negara. (*)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *