
Bondowoso, Obor Rakyat – Kopi Bondowoso yang telah dikenal hingga mancanegara berpotensi menjadi ikon ekspor unggulan asal Jawa Timur. Namun untuk menjaga keberlanjutan dan meningkatkan nilai tambahnya, diperlukan strategi holistik, termasuk hilirisasi industri dan dukungan politis dari pemerintah daerah.
Hal ini ditegaskan oleh Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Bondowoso, Hendri Widotono, yang menyebut bahwa pendekatan hilirisasi sangat krusial untuk mendongkrak daya saing kopi lokal, baik di pasar domestik maupun global.
“Kita harus melihat ke hilir, bukan hanya produksi. Roasting, packaging, hingga penyajian harus mengikuti selera pasar. Jika hilirnya kuat, petani akan semakin bersemangat karena nilai jualnya meningkat,” ujar Hendri dalam agenda peningkatan kapasitas petani dan pegiat kopi, Rabu (3/9/2025).
Sentuhan Politis untuk Perkuat Ekosistem Kopi
Menurut Hendri, peran pemerintah daerah sebagai katalisator politik dan ekonomi menjadi kunci untuk menjaga keberlanjutan industri kopi Bondowoso. Dukungan tersebut, menurutnya, tidak hanya bersifat administratif, tetapi juga harus menyentuh aspek pemasaran dan branding produk.
Ia mencontohkan langkah konkret Bupati Bondowoso yang secara aktif mendorong penyajian kopi Bondowoso di setiap agenda resmi dan tempat strategis, termasuk hotel dan pusat oleh-oleh.
“Setiap pertemuan harus ada kopi Bondowoso. Ini strategi branding lokal yang efektif, bahkan bisa disandingkan dengan tape Bondowoso sebagai paket khas daerah,” tambah Hendri.
Hilirisasi, Ekspor, dan Peran Lembaga Keuangan
Lebih lanjut, Hendri juga mengapresiasi peran Bank Indonesia yang memberikan fasilitas bagi pelaku usaha kopi, terutama dalam konteks ekspor. Pasalnya, kopi merupakan salah satu komoditas strategis penyumbang devisa negara.
“Kopi ini komoditas ekspor. Maka, BI cukup penting sebagai fasilitator. Mereka menjaga agar devisa tetap masuk melalui produk unggulan seperti kopi,” jelasnya.
Ia menambahkan, dengan semakin kuatnya pasar hilir, akan tercipta efek domino positif bagi sektor hulu. Harga kopi meningkat, petani sejahtera, dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Bondowoso pun ikut terdongkrak.
“Kami ingin ekspor kopi tetap atas nama Bondowoso. Kalau pembeli langsung dari Bondowoso, otomatis PAD-nya akan kembali ke daerah,” tegasnya.
BRL Reborn dan Masa Depan Kopi Bondowoso
Seiring dengan rencana Bondowoso Republik Kopi (BRL) Reborn, pemerintah terus mematangkan ekosistem kopi daerah secara berkelanjutan. Inisiatif ini diharapkan menjadi motor penggerak ekonomi lokal berbasis potensi unggulan.
“Sentuhan politis ini tidak hanya sebatas kebijakan, tetapi menciptakan sistem yang mendukung kopi sebagai identitas dan kekuatan ekonomi Bondowoso ke depan,” pungkas Hendri. (*)
Penulis : Kusnanto
Editor : Redaksi