
Bondowoso, Obor Rakyat — Sebuah video pendek yang memperlihatkan kondisi roti diduga dari Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) dalam keadaan penyok (penyet), viral usai diunggah oleh warga berinisial RN melalui status WhatsApp.
Video tersebut menjadi sorotan publik karena menyinggung langsung kualitas makanan yang disalurkan ke siswa SDN Grujugan Lor 01, Kecamatan Jambesari Darussolah, Kabupaten Bondowoso.
Dalam video berdurasi singkat tersebut, RN memperlihatkan kondisi roti yang dianggap tidak layak konsumsi. Roti tampak penyok dan disebut tidak memiliki isi, sehingga memunculkan kekhawatiran terkait mutu makanan dalam program MBG yang dicanangkan pemerintah.
Klarifikasi TNI dan Respons Keluarga
Menanggapi viralnya video tersebut, Danpos Koramil Jambesari Darussolah, Peltu Wiwit A.P., mengeluarkan pernyataan klarifikasi pada Sabtu (11/10/2025).
Ia menyebut penyoknya roti kemungkinan besar terjadi karena tekanan buku atau perlengkapan lain di dalam tas siswa.
“Roti penyok itu tidak menutup kemungkinan tertekan buku dalam tas,” ujar Peltu Wiwit.
Namun, pernyataan tersebut langsung dibantah oleh RN. Dalam keterangannya ke media pada Minggu (12/10/2025), RN menegaskan bahwa kondisi roti memang sudah penyok dan tidak berisi sejak diterima siswa, bukan akibat tekanan di dalam tas.
“Roti itu memang kenyataannya penyok, dan di dalamnya tidak ada isinya,” tegas RN.
RN juga mengungkapkan bahwa dirinya sempat didatangi oleh pihak TNI untuk klarifikasi di rumah. Ia menyayangkan adanya permintaan agar video tersebut dihapus dari status WhatsApp, padahal menurutnya unggahan itu murni bentuk kepedulian, bukan untuk menyerang pihak manapun.
“Saya hanya membahas kondisi roti penyok, bukan mengkritik dapur MBG. Kenapa justru dianggap menyerang?” tambahnya.
Suami RN: Fokus pada Perbaikan Kualitas, Bukan Intimidasi
Suami RN, berinisial A, turut memberikan pernyataan. Ia menilai respons terhadap unggahan istrinya terlalu berlebihan dan menyarankan agar fokus dialihkan pada peningkatan kualitas makanan yang disalurkan ke siswa.
“Kami hanya meminta agar roti yang disalurkan ke siswa diperbaiki kualitasnya. Faktanya memang penyok dan tidak ada isinya,” kata A.
A juga menyinggung peran TNI dalam program MBG yang mencakup penyediaan logistik, operasionalisasi SPPG, serta monitoring dan evaluasi. Ia menilai intervensi terhadap opini pribadi warga di media sosial seharusnya dihindari.
“Kalau memang ada kekurangan, benahi. Jangan intervensi pendapat publik,” ujarnya.
Keluhan Warga dan Sekolah Tak Ditanggapi
RN juga mengaku telah menghubungi Asisten Lapangan (Aslap) MBG di wilayah Jambesari Darussolah, namun tidak mendapat respons yang memadai. Ia menyayangkan sikap defensif yang ditunjukkan pihak terkait alih-alih menerima masukan.
“Aslap hanya membela diri, tidak merespons keluhan saya,” tuturnya.
Senada dengan itu, RN menambahkan bahwa pihak SDN Grujugan Lor 01 sendiri pernah mendatangi dapur MBG untuk menyampaikan komplain soal kualitas menu, namun juga tidak mendapatkan tanggapan yang diharapkan.
“Jangankan saya yang hanya warga biasa, pihak sekolah pun tidak digubris,” pungkasnya.
Harapan Warga: Evaluasi Menyeluruh dan Komunikasi Terbuka
Kasus viralnya video roti penyok ini menjadi refleksi pentingnya transparansi, komunikasi dua arah, serta evaluasi berkelanjutan dalam pelaksanaan program pemerintah seperti MBG.
Warga berharap pemerintah daerah maupun penyelenggara program MBG melakukan evaluasi menyeluruh terkait kualitas dan distribusi makanan, serta membuka ruang dialog dengan masyarakat penerima manfaat. (*)
Penulis : Redaksi