BALAD Grup Perluas Sayap ke Laut Lepas: Menuju Indonesia sebagai Raja Budidaya Laut Dunia

Situbondo, Obor Rakyat - Dalam langkah ambisius memperkuat posisi Indonesia di peta industr i perikanan global, Bandar Laut Dunia Grup (BALAD Grup) hari ini, Senin (13/10/2025), mengumumkan akan melanjutkan dan memperluas lima lini usaha budidaya laut di gugusan perairan Kangean, Madura di antaranya budidaya rumput laut, lobster, teripang, kerapu, dan kerang.Situbondo, Obor Rakyat - Dalam langkah ambisius memperkuat posisi Indonesia di peta industr i perikanan global, Bandar Laut Dunia Grup (BALAD Grup) hari ini, Senin (13/10/2025), mengumumkan akan melanjutkan dan memperluas lima lini usaha budidaya laut di gugusan perairan Kangean, Madura di antaranya budidaya rumput laut, lobster, teripang, kerapu, dan kerang.
BALAD Grup

Situbondo, Obor Rakyat – Dalam langkah ambisius memperkuat posisi Indonesia di peta industr i perikanan global, Bandar Laut Dunia Grup (BALAD Grup) hari ini, Senin (13/10/2025), mengumumkan akan melanjutkan dan memperluas lima lini usaha budidaya laut di gugusan perairan Kangean, Madura di antaranya budidaya rumput laut, lobster, teripang, kerapu, dan kerang.

Dengan target luas areal budidaya rumput laut mencapai 50.000 hectare, BALAD Grup menyatakan tekad untuk menjadi pembudidaya rumput laut terbesar di dunia melalui anak usahanya Brulantara Grup.

Selain itu, BALAD Grup juga akan menuntaskan pembudidayaan lobster, teripang, kerapu, dan kerang dengan pendekatan integrasi vertikal agar Indonesia tidak hanya menjadi supplier bahan baku, melainkan pemain unggul dalam rantai nilai perikanan.

“Visi kami adalah mengangkat Indonesia menjadi Raja Budidaya Laut Dunia melalui pendekatan sinergi antara teknologi, regulasi, dan kemitraan rakyat,” ujar HRM. Khalilur R Ab. S, Founder dan Owner BALAD Grup.

Fokus Utama: Rumput Laut sebagai Pilar Budidaya Laut

Baca Juga :  Pemkab Situbondo Salurkan Rp4,5 Miliar Dana DBHCHT 2025 untuk Perkuat Layanan Puskesmas

Rumput laut menjadi fokus prioritas utama BALAD Grup untuk pengembangan skala besar di Teluk Kangean dan Laut Kangean. Indonesia saat ini menyumbang sekitar 38 % pasokan global rumput laut, namun masih baru memanfaatkan sekitar 11,65 % dari potensi lahan budidaya nasional.

BALAD Grup berencana menerapkan:

  • Teknologi kultur jaringan bibit unggul untuk meningkatkan produktivitas dan daya tahan
  • Metode budidaya modern (tali gantung, rakit, lepas dasar) sesuai karakteristik perairan lokal.
  • Integrasi hilirisasi agar produk rumput laut tidak hanya diekspor sebagai bahan baku, tetapi juga olahan bernilai tambah

Pemerintah melalui KKP sendiri tengah mendorong pembangunan “kampung rumput laut” dan program ekstensifikasi serta intensifikasi lahan budidaya sebagai bagian dari strategi nasional.

Dengan pengelolaan yang tepat, produksi rumput laut dapat terus meningkat dan menyediakan dampak ekonomi yang besar bagi masyarakat pesisir.

Strategi Budidaya Lobster: Dari Benih ke Ekspor 50 Gram

Sejalan dengan cita-cita nasional, BALAD Grup mengusulkan agar pemerintah mengubah kebijakan ekspor benih lobster (benur) dari ekspor benih kecil ke ekspor lobster konsumsi minimal seberat 50 gram.

Beberapa poin penting:

  • Di Asia, lobster konsumsi secara komersial hanya ditemukan di Indonesia dan Filipina. Lobster Indonesia memiliki kualitas lebih tinggi dibandingkan produk dari Filipina.
  • Dengan larangan ekspor benih apel benur (BBL) dan menggantinya ekspor lobster konsumsi 50 gram, pembudidaya lokal akan terdorong untuk membesar benih hingga ukuran konsumsi, membangun rantai nilai domestik yang lebih panjang.
  • Langkah ini diharapkan mendorong pertumbuhan budidaya lobster di seluruh Indonesia, mengurangi praktik penangkapan benih liar berlebihan, serta memperkuat kedaulatan produksi lobster nasional.

Pada sisi regulasi, saat ini kebijakan ekspor benih lobster menjadi isu perdebatan. Beberapa pihak menyebut bahwa pembukaan ekspor benur justru membuat benih sulit diperoleh domestik dan merugikan pembudidaya dalam negeri.

BALAD Grup berharap pemerintah mempertimbangkan opsi transformasi kebijakan yang berbasis kelangkaan internal dan keberlanjutan budidaya lobster dalam negeri.

Budidaya Kerang, Teripang, dan Kerapu: Diversifikasi dengan Nilai Tambah

Selain rumput laut dan lobster, BALAD Grup akan memperluas usaha ke:

  1. Kerang Putih — ditujukan sebagai produk ekspor, khususnya ke pasar Tiongkok
  2. Kerang Coklat — dimanfaatkan sebagai pakan alami untuk budidaya lobster
  3. Teripang — akan menerapkan metode keramba jaring apung ala budidaya modern dari studi banding ke China
  4. Kerapu — budidaya akan mulai dijalankan sejak Desember 2025 melalui anak perusahaan Bakera Grup

Diversifikasi ini diharapkan dapat menciptakan ekosistem budidaya laut yang saling melengkapi dan memperkuat rantai produksi logistik, pakan, serta ekspor.

Tantangan & Upaya Mitigasi

Dalam menjalankan visi besar ini, BALAD Grup menyadari bahwa terdapat tantangan krusial:

  • Ketersediaan bibit unggul dalam jumlah besar dan berkelanjutan
  • Akses pakan berkualitas dan sistem budidaya terintegrasi
  • Kebijakan regulasi yang berpihak pada pembudidaya lokal
  • Infrastruktur logistik dan fasilitas pengolahan hilir
  • Kemitraan dengan pemerintah daerah, lembaga riset, dan masyarakat pesisir

Untuk itu, BALAD Grup akan:

  • Melakukan kolaborasi riset dengan perguruan tinggi dan lembaga kelautan
  • Membangun fasilitas pembibitan dan nurseri terpusat
  • Menjalin kemitraan strategis dengan pemerintah pusat dan daerah
  • Menyusun roadmap jangka panjang agar kebijakan tidak bergantung pada pergantian kabinet

Harapan & Dampak Ekonomi

Dengan skala besar dan integrasi, BALAD Grup menargetkan:

  • Menciptakan ribuan lapangan kerja baru di kawasan pesisir
  • Meningkatkan ekspor komoditas laut bernilai tambah
  • Memperkuat ketahanan ekonomi daerah dan nasional
  • Menjadikan Indonesia pemimpin global dalam budidaya laut

Melalui akselerasi nyata di Teluk Kangean dan Laut Kangean, BALAD Grup ingin menjadi pionir transisi Indonesia dari pemasok bahan baku ke penggerak industri perikanan berkelas dunia. (*)

Penulis : Eko Apriyanto
Editor : Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *