KKP Perkuat Sinergi untuk Bangun Industri Budidaya Kepiting Berkelanjutan Berorientasi Ekspor

Jakarta, Obor Rakyat – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus memperkuat kolaborasi lintas sektor guna membangun industri budidaya kepiting berkelanjutan yang berdaya saing global. Melalui Forum Ilmiah Kepiting Berkelanjutan yang digelar di Makassar akhir pekan lalu, KKP menggandeng akademisi, peneliti, pemerintah daerah, asosiasi usaha, dan pelaku industri untuk merumuskan langkah konkret memperkuat riset, hilirisasi inovasi, serta penguatan ekosistem bisnis kepiting nasional.
KKP terus memperkuat kolaborasi lintas sektor guna membangun industri budidaya kepiting berkelanjutan yang berdaya saing global. Melalui Forum Ilmiah Kepiting Berkelanjutan.

Jakarta, Obor Rakyat – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus memperkuat kolaborasi lintas sektor guna membangun industri budidaya kepiting berkelanjutan yang berdaya saing global. Melalui Forum Ilmiah Kepiting Berkelanjutan yang digelar di Makassar akhir pekan lalu, KKP menggandeng akademisi, peneliti, pemerintah daerah, asosiasi usaha, dan pelaku industri untuk merumuskan langkah konkret memperkuat riset, hilirisasi inovasi, serta penguatan ekosistem bisnis kepiting nasional.

Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya KKP, Tb Haeru Rahayu (Tebe), menegaskan bahwa pengembangan industri kepiting tidak hanya berorientasi pada peningkatan produksi, tetapi juga pada keberlanjutan sumber daya dan kelestarian lingkungan pesisir.

“Pembangunan industri kepiting harus memastikan keseimbangan antara produktivitas dan keberlanjutan. Sinergi antar-pemangku kepentingan menjadi kunci untuk mewujudkan industri kepiting yang tangguh, berdaya saing, dan ramah lingkungan,” ujar Dirjen Tebe dalam siaran resmi di Jakarta, Senin (10/11/2025).

Potensi Ekspor Kepiting dan Rajungan Terus Meningkat

Permintaan global terhadap rajungan dan kepiting terus meningkat, menjadikan komoditas ini sebagai salah satu pilar penting ekspor perikanan Indonesia. Pada 2024, nilai ekspor kedua komoditas tersebut mencapai USD 513,35 juta atau sekitar 8,6 persen dari total ekspor perikanan nasional. Negara tujuan utama ekspor meliputi Tiongkok, Amerika Serikat, dan Korea Selatan.

Baca Juga :  Presiden Prabowo Anugerahkan Gelar Pahlawan Nasional kepada 10 Tokoh, Termasuk Soeharto, Gus Dur, dan Marsinah

Data KKP mencatat Kalimantan Timur sebagai sentra produksi terbesar kepiting nasional dengan volume 9.801 ton, disusul Jawa Barat (3.007 ton) dan Sulawesi Selatan (2.866 ton). Untuk memperkuat produktivitas, KKP juga mengembangkan modeling budidaya kepiting di Pasuruan, Jawa Timur, seluas 30 hektare yang dikelola Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo. Kawasan ini dirancang sebagai pusat riset dan teknologi budidaya kepiting berkelanjutan.

“Peningkatan kebutuhan pasar global membuka peluang besar bagi Indonesia untuk memperkuat industri budidaya kepiting yang stabil, efisien, dan berorientasi ekspor,” tambah Dirjen Tebe.

Riset dan Teknologi Jadi Kunci Keberlanjutan

Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) sekaligus anggota DPR RI, Prof. Rokhmin Dahuri, menilai Indonesia memiliki keunggulan kompetitif karena memiliki ekosistem mangrove terluas di dunia dan pasar ekspor yang kuat.

“Dengan investasi pada riset, pembenihan, industrialisasi hatchery, dan kemitraan antara pemerintah, kampus, dan sektor swasta, Indonesia berpotensi menjadi produsen kepiting terbesar di dunia dan mewujudkan visi Indonesia Emas 2045,” ujar Rokhmin.

Sementara itu, Prof. Yushinta Fujaya dari Universitas Hasanuddin menekankan pentingnya hilirisasi teknologi budidaya kepiting kepada masyarakat. Menurutnya, konsep crab silvofishery—budidaya kepiting di kawasan mangrove—telah terbukti efektif menjaga keseimbangan ekonomi dan konservasi.

“Ketika masyarakat memperoleh manfaat ekonomi dari budidaya di kawasan mangrove, mereka akan turut menjaga ekosistem tersebut,” ujarnya.

Sinergi Pelaku Usaha dan Pemerintah

Ketua Asosiasi Pengelolaan Rajungan Indonesia (APRI), Kuncoro C. Nugroho, menambahkan bahwa keberlanjutan stok rajungan di alam hanya bisa dicapai melalui keseimbangan antara permintaan pasar dan konservasi sumber daya.

“Penelitian dan pengembangan budidaya rajungan harus terus diperkuat agar kualitas produk budidaya dapat menyamai hasil tangkapan alam dan memenuhi standar ekspor,” ungkapnya.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menegaskan bahwa sektor budidaya adalah masa depan industri perikanan nasional. Dengan potensi lahan yang masih luas dan beragam komoditas bernilai ekonomi tinggi seperti kepiting, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pemain utama dalam pasar perikanan global. (*)

Penulis : Wahyu Widodo
Editor : Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *