
Bondowoso, Obor Rakyat — RSUD dr. Koesnadi Bondowoso memberikan edukasi kepada masyarakat terkait prosedur Metode Operasi Wanita (MOW) sebagai salah satu pilihan kontrasepsi permanen bagi perempuan. Penjelasan ini disampaikan langsung oleh Direktur Utama RSUD Koesnadi, Yus Priyatna, pada Sabtu (12/7/2025), di sela kegiatan pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut.
Yus menjelaskan, MOW atau tubektomi merupakan prosedur yang dilakukan untuk memutus atau memblokir saluran telur (tuba falopi), sehingga sel telur tidak lagi bertemu dengan sperma dan kehamilan tidak terjadi.
“Tekniknya sama seperti laparoskopi, buat lubang kecil, ambil saluran telurnya, terus diikat,” ujarnya.
Menurut Yus, MOW dilakukan melalui dua metode utama, yaitu:
- Laparoskopi: Dengan membuat sayatan kecil di perut dan memasukkan alat laparoskop untuk mengakses serta mengikat tuba falopi.
- Minilaparotomi: Melalui sayatan kecil di bagian bawah perut untuk menjangkau dan memblokir saluran telur.
- Pemblokiran saluran bisa dilakukan dengan cara pengikatan, klipping, atau kauterisasi (pembakaran jaringan dengan alat khusus).
Yus menegaskan, bahwa MOW adalah pilihan kontrasepsi permanen yang tidak mudah dibatalkan.
“Bagi wanita yang ingin punya anak kembali setelah MOW, prosesnya sangat sulit dan harus dilakukan di rumah sakit rujukan nasional, itu pun dengan tingkat keberhasilan yang kecil,” jelasnya.
Mengapa RSUD dr. Koesnadi memberikan edukasi ini? Menurut Yus, masyarakat perlu memahami bahwa MOW bukan sekadar tindakan medis, melainkan keputusan penting yang harus melalui konsultasi intensif dengan tenaga kesehatan, serta persetujuan dari suami.
“Kami ingin memastikan masyarakat paham bahwa MOW adalah pilihan kontrasepsi jangka panjang dengan risiko dan manfaat yang harus dipertimbangkan matang-matang,” imbuhnya.
RSUD dr. Koesnadi Bondowoso berkomitmen untuk terus melakukan edukasi publik terkait kesehatan reproduksi sebagai bagian dari pelayanan kesehatan masyarakat. MOW sendiri dinilai aman dan efektif untuk wanita yang sudah yakin tidak ingin memiliki keturunan lagi, namun tetap memerlukan pendampingan informasi sebelum prosedur dijalankan. (*)