Hubungan Bupati dan Wabup Jember Retak, Rakyat Jelata: “Sudahi Ego, Urusi Kami!”

Jember, Obor Rakyat – Hubungan antara Bupati Jember, Gus Fawait, dan Wakil Bupati (Wabup) Djoko Susanto dikabarkan mulai tidak harmonis. Padahal, keduanya merupakan pasangan baru hasil Pilkada 2024 yang berhasil mengalahkan berbagai tantangan dan fitnah di masa kampanye.
Bupati Jember, Muhammad Faait, S.E., M.Sc dan Wakil Bupati, Dr. Djoko Susanto, S.H., M.H. (Fot Ist)

Jember, Obor Rakyat – Hubungan antara Bupati Jember, Gus Fawait, dan Wakil Bupati (Wabup) Djoko Susanto dikabarkan mulai tidak harmonis. Padahal, keduanya merupakan pasangan baru hasil Pilkada 2024 yang berhasil mengalahkan berbagai tantangan dan fitnah di masa kampanye.

Namun seiring berjalannya waktu, aroma keretakan hubungan mereka mulai tercium publik. Ketidakharmonisan tersebut bahkan menjadi perbincangan warga, terutama setelah sejumlah unggahan sindiran Wabup Djoko Susanto muncul di media sosial (Medsos).

Salah satu warga Jember, sebut saja Mantili mengaku menyadari gelagat tak biasa dari dua pucuk pimpinan Jember itu. Menurutnya, sindiran Wabupnkepada Bupati semakin sering terlihat, khususnya di platform Medsos.

“Pasti ada yang tidak beres dengan bupati dan wakil bupatiku. Djoko sering menyudutkan Gus Fawait, apalagi waktu beliau ke luar negeri katanya tidak pamit. Tapi disampaikan di media sosial. Kan nggak etis,” ujarnya Jumat (8/8/2025) pagi.

Ia menilai, sikap Wabup terkesan kekanak-kanakan dan tidak mencerminkan seorang pemimpin daerah. Ia pun mempertanyakan tidak adanya pihak di sekitar Djoko Susanto yang bisa mengingatkan atau memberi nasihat.

“Mbok ya pura-pura harmonis di depan rakyat. Jangan gampang ngambek. Apa belum siap jadi wakil bupati?” ucapnya lirih.

Baca Juga :  Dukung Ketahanan Pangan Nasional, Polres Jember Gandeng Pondok Pesantren Tanam Jagung

Mangkir 11 Kali Rapat Paripurna DPRD

Puncak kekecewaan publik terjadi saat muncul kabar bahwa Wabup Djoko Susanto tercatat tidak menghadiri 11 kali rapat paripurna DPRD Jember. Alasannya, ia merasa tidak pernah diundang secara resmi.

Reaksi keras pun muncul dari berbagai kalangan, termasuk warga seperti Mantili yang menilai sikap tersebut mencederai kepentingan masyarakat.

“Masalah undangan kok jadi alasan untuk mangkir dari rapat penting. Padahal itu hajat masyarakat Jember. Jangan terlalu pendek pikirannya,” sesalnya.

Pernyataan itu diamini oleh seorang ibu rumah tangga yang juga berasal dari Jember. Menurutnya, seharusnya pemimpin daerah lebih mengedepankan tanggung jawab kepada rakyat dibanding mengurusi konflik pribadi.

“Kalau terus begini, bisa-bisa bansos dan program PKH terbengkalai. Mending cari rakyat yang belum dapat bantuan daripada sibuk makan ego,” tegasnya.

Harapan Warga: Ayo Kembali Fokus pada Rakyat

Di tengah kondisi politik internal Pemkab Jember yang memanas, rakyat berharap kedua pemimpin tersebut dapat menurunkan tensi dan kembali menyatukan langkah demi kepentingan bersama.

“Sudahlah pak… Mandeg ngambekan. Urusi kami, rakyat jelata ini. Banyak yang butuh bansos, butuh perhatian,” harap seorang ibu rumah tangga itu.

Situasi ini menjadi tantangan serius bagi kepemimpinan di Kabupaten Jember. Warga berharap keretakan tidak semakin meluas dan justru menjadi momentum untuk memperbaiki komunikasi dan kerja sama antar pemimpin. (*)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *